JAKARTA -- Meski terlahir sebagai wanita, tak menghalangi mereka untuk berkiprah di dunia yang biasanya digeluti kaum pria, yakni infrastruktur.
Adalah Zubaida binti Jafar al-Mansur salah satu wanita Muslim yang berkontribusi signifikan dalam bidang ini. Ia adalah istri dari Khalifah Abbasiyah Harun al-Rasyid.
Sebagai istri khalifah pada masa puncak kejayaan Abbasiyah, Zubaida dikenal sebagai perempuan yang bergelimang kemewahan. Bahkan, beberapa sejarawan Islam mengungkapkan, Zubaida kerap kesulitan berjalan akibat beban perhiasan yang melekat di tubuhnya, utamanya pada beragam acara
Meski bergelimang kemewahan, Zubaida adalah wanita yang sangat dermawan dan berbudi luhur. Ia tak segan menyumbangkan hartanya untuk membangun infrastuktur demi kemaslahatan rakyatnya. Salah satu jasa terbesarnya adalah ketika merintis dan merampungkan proyek pembangunan saluran air dari Baghdad hingga Tanah Suci Makkah.
Saluran air yang membentang ribuan kilometer tersebut merupakan upaya Zubaida untuk membantu rakyat yang hendak melaksanakan ibadah haji ke Makkah. Kala itu, ia prihatin menyaksikan rakyatnya kehausan ketika melakukan perjalanan ke Makkah untuk beribadah haji karena langkanya sumber air.
Dengan dana jutaan dinar, proyek saluran air pun berhasil dirampungkan. Sejak saat itu, tak ada lagi rakyatnya yang khawatir kekurangan air bersih ketika melakukan perjalanan dari Baghdad ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji.
Zubaida juga membangun jalan sepanjang 1.500 kilometer yang terbentang dari Kufah di selatan Baghdad menuju Makkah. Di sepanjang jalan tersebut, ia membangun sumur-sumur air dan menara api untuk memberi penerangan ketika malam tiba.
Dalam bidang kepemimpinan, sejarah peradaban Islam mencatatkan sejumlah nama tokoh perempuan yang sukses melaksanakan tugas ini. Salah satunya adalah Syajarat al-Durr.
Ia merupakan penguasa Kairo, Mesir, pada 1250 M. Meski seorang perempuan, Syajarat cerdik dalam menyusun siasat peperangan menghadapi musuh-musuh.
Dialah tokoh sentral yang berperan memenangkan Mesir ketika Perang Salib ketujuh pecah pada 1249-1250 M. Bahkan, kala itu, Syajarat berhasil menangkap Raja Louis IX yang terjun dalam peperangan tersebut.
Kemampuan dan jasa Syajarat sebagai pemimpin pun diakui oleh para sejarawan Islam. Namun, ia tak cukup lama menikmati masa-masa itu. Sebab, pada 1257 M, ia meninggal dunia.
Dari paparan di atas terbukti bahwa majunya peradaban Islam pada masa silam bukan hanya sumbangsih kaum pria. Kaum wanita Muslim itu memberikan kontribusi yang tidak kecil.
Kendati demikian, studi tentang peran dan kontribusi perempuan Muslim dalam membangun peradaban Islam tak begitu banyak ditemukan. Hal ini karena minimnya data atau arsip yang menerangkan dan merisalahkan sejarah tersebut.
Sumber ; republika.co.id
Comments
Post a Comment